Kecuali hari
sabtu. Hari yang lain mereka boleh mencari ikan. Hari Sabtu khusus untuk
beribadah, haram bekerja. Barangsiapa nekat bekerja maka ia berdosa dan diancam
akan mendapat siksa.
Allah menguji
keimanan mereka. Pada hari Sabtu ikan-ikan bermunculan di permukaan. Ikan-ikan
itu terapung-apung seolah menari-nari. Seakan-akan ikan-ikan itu menggoda agar
ditangkap. Sedangkan pada selain hari Sabtu ikan-ikan jarang bermunculan.
Seolah-olah ikan-ikan itu sengaja bersembunyi.
Iman sebagian
penduduk desa goyah. Ada yang tetap mentaati perintah Allah untuk tidak
menangkap ikan di hari Sabtu. Ada yang berusaha mencari cara agar bisa
menangkap ikan yang bermunculan di hari Sabtu itu. Setan berusaha membisiki
sebagian penduduk desa itu agar tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan
ikan yang banyak.
Namun,
sebetulnya dalam hati sebagian penduduk itu juga merasa takut melanggar
perintah Allah. Mereka berpikir. Mencari akal. Bagaimana caranya agar tetap
dapat ikan tapi tidak bisa disalahkan? Pikiran yang culas ditambah bisikan
setan menghasilkan cara itu. Mereka pasang jerat di hari Jum’at, untuk mereka
ambil hasil tangkapannya di hari Ahad. Hari Sabtu mereka tetap tidak melaut.
Seolah tidak bekerja dan tetap mengkhususkan hari untuk beribadah. Dengan
cara itu mereka menyangka tidak akan termasuk orang yang melanggar pantangan
Allah. Ya mereka merasa aman.
Rupanya
penduduk kampung itu terbagi dalam tiga golongan. Satu golongan yang melampaui
batas dan durhaka, yang berani menangkap ikan di hari Sabtu. Golongan kedua
orang saleh yang mau menasihati saudaranya yang bermaksiyat. Golongan ketiga
orang yang berdiam diri melihat kemungkaran, mereka ini justru mencela orang
saleh yang memberi nasehat dan tidak mencela orang-orang yang berbuat mungkar.
Orang-orang saleh itu berharap dengan memberi nasehat itu orang yang berbuat
mungkar akan takut pada Allah dan menghentikan perbuatan durhakanya.
Namun, ternyata
orang-orang yang durhaka itu tetap pada pendiriannya. Mereka enggan menyadari
kesalahannya. Bahkan merasa benar cara dengan yang ditempuhnya. Nasihat itu
tidak mampu menghentikan keinginan yang kuat untuk mendapatkan ikan yang
menari-nari itu. Nasihat itu justru terasa jadi pengganggu. Mereka merasa rugi
jika kehilangan kesempatan mendapat rezeki yang berlimpah di hadapannya. Akan
tetapi sesungguhnya mereka telah melanggar syariat Allah.
Hari kebenaran
itu datang. Allah mengutuk orang-orang yang durhaka itu. Mereka dirubah jadi
monyet yang hina. Hewan yang menggambarkan kerakusan mereka. Tidak ada yang
dapat menolak akan titah-Nya. Jika Allah berkehendak maka terjadilah. Wujud
mereka berubah menjadi monyet.
(naskah Cerita
dari Nurul Ummu Muzhafar/Buletin fahma Fahma)
Kirim komentar:
0 comments:
Silahkan berikan komentar dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, tanpa menggunakan kata-kata kotor, jorok dan yang dapat menyinggung perasaan orang lain. Jika ada saran dan masukan yang dikhususkan kepada seseorang mohon dikirim melalui email sdmuhwibraga@gmail.com. Terima kasih atas komentar yang diberikan.